Guru MIN 1 Bantul ikuti Seminar Nasional Membangun Spirit Eco – Theology di Madrasah (Peran Manusia bagi Alam)

Bantul (MIN 1 Bantul) – Jika krisis lingkungan adalah masalah moral, maka madrasah adalah garda terdepan solusinya. Ini adalah pesan utama dari Seminar Nasional “Membangun Spirit Eco-Theology di Madrasah” yang dihadiri ratusan guru RA, MI, dan MTs se-Kabupaten Bantul pada Minggu (16/11) di Hotel New Saphir Yogyakarta.

Ratusan guru madrasah (RA, MI, dan MTs) se-Kabupaten Bantul berkumpul pada Minggu (16/11/2025) di Hotel New Saphir Yogyakarta, untuk mengikuti Seminar Nasional “Membangun Spirit Eco-Theology di Madrasah” yang disampaikan oleh Dosen Pendidikan Biologi UAD, Arief Abdillah.

Kepala MIN 1 Bantul, Agus Sehono, serta perwakilan guru, Khusnul Khuluq hadir sebagai perwakilan dari MIN 1 Bantul.

Kegiatan diawali dengan pembukaan, sambutan panitia, sambutan wakil komisi 8 DPR, kemudian materi dan sesi tanya jawab.

Narasumber utama oleh Arief Abdillah. Beliau menekankan bahwa krisis lingkungan (seperti sampah plastik dan pemanasan global) berakar pada krisis moral-spiritual, sehingga madrasah memiliki peran krusial untuk mengajarkan eco-theology yaitu kesadaran bahwa manusia adalah khalifah yang wajib menjaga alam sesuai tuntunan agama. Untuk mengatasi tantangan lingkungan dan literasi yang rendah, ia mendorong empat strategi kunci: integrasi nilai ekologis dalam semua mata pelajaran (Fiqih, IPA, dll.), pembiasaan karakter hijau (seperti bank sampah dan hemat energi), penguatan budaya madrasah eco-friendly, serta menjadikan guru sebagai teladan dan inisiator proyek lingkungan, termasuk contoh implementasi dalam kurikulum Merdeka dan P5P2RA yang menjadi topik utama diskusi.

Sesi yang paling dinantikan adalah diskusi dan tanya jawab, di mana peserta antusias mengajukan pertanyaan implementatif, menunjukkan keseriusan mereka untuk segera menerapkan eco-theology. Fokus utama perbincangan adalah bagaimana menerjemahkan konsep teologis menjadi aksi nyata di sekolah.

Khusnul Khuluq, sebagai salah satu peserta seminar, menyampaikan harapannya, “materi ini sangat relevan dan mendesak. Kami, para guru, harus menjadi teladan pertama. Kami berharap bekal dari seminar ini tidak hanya berhenti di kelas, tapi juga diwujudkan dalam praktik harian di madrasah, mulai dari gerakan hemat air hingga pengelolaan bank sampah. Kami siap mengintegrasikan semangat Eco-Theology ini ke dalam setiap aspek pembelajaran.”

“Kami siap mengintegrasikan semangat Eco-Theology ini ke dalam setiap aspek pembelajaran dan praktik harian, mulai dari hemat air hingga bank sampah.” Tambah Khusnul Khuluq. (and)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top